Hikmah

Adab Lebih Tinggi dari Ilmu

Adab merupakan segala bentuk sikap, karakter diri, dalam perilaku, dengan cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau tumbuhnya akhlak.

Orang beradab akan menempatkan ilmunya sebagai sebuah keberkahan, dan mensyukuri atas hadirnya ilmu dalam dirinya, dengan menghormati para guru yang telah membuka jalan ilmu buatnya.

Sedangkan, orang berilmu tanpa adab, akan menempatkan ilmunya sebagai sesuatu yang akan ia sombongkan, dan dengan kesombongan akan ilmunya, ia meremehkan siapapun termasuk gurunya.

Ya, beberapa hari kemarin penulis merasa terharu, tiba-tiba saja beberapa anak muda datang menghampiri penulis, meraih tangan penulis, berjabat tangan dan mencium takzim tangan penulis, entah dari arah mana pemuda ini datang, namun yang mengagetkan ia sempat berucap,” saya mahasiswa bapak, dan saya berterimakasih, bapak telah meluluskan saya pak !” Jawabnya.

Begitupun disaat yang sama, seorang gadis cantik menghampiri penulis, lalu menjabat tangan penulis, membungkukkan badannya penuh hormat, tersipu malu, dengan lirih ia berucap, “terimakasih pak, Alhamdulillah saya bisa lulus karena bapak, walau saya harus lama, sampai 6 tahun saya baru lulus kuliahnya, saya mohon maaf pak !” Serunya, sambil tangannya menyeka ujung matanya yang tampak sedih dan haru.

Penulis pun membesarkan hatinya, “persoalan lambat kelulusan adalah persoalan lain, yang penting setelah lulus, semangat hidupmu harus jauh lebih tinggi untuk mengejar kesuksesan yang musti teraih yaa.” Ujar penulis mencoba membangun semangatnya.

Dilain kesempatan, pada hari minggu sore kemarin, saat penulis menghadiri acara Parahyangan Open Stage, di universitas Katolik Parahyangan, dimana universitas tersebut, khususnya fakultas Filsafat, sedang mengadakan sebuah perhelatan kaloborasi yang menampilkan pertunjukan musik orkestra dan pertunjukan tari, yang dilangsungkan di auditorium PPAG 2 nya yang megah.

Kembali seorang pemuda gagah menghampiri penulis,” saya Nabil pak, mahasiswa bapak !” Ia menjabat tangan dan mencium tangan penulis, dan kamipun akhirnya terlibat obrolan hangat yang tak jauh-jauh obrolannya seputar aktivitasnya setelah ia lulus kuliah beberapa tahun lalu dari Telkom University, tempat penulis mendarmabaktikan diri, dan ternyata, setelah lulus kuliah, ia (mahasiswa ini) bergerak di dunia sinematografi, yang aktivitasnya selalu mengharuskannya, bekerja sama dengan para aktivis musik, untuk mendokumentasikan aktivitas mereka, sebagai pengkaryaan di industri film pendek, untuk kebutuhan movie atau sinemanya.

Sampai sini penulis terharu, mereka yang memasukan ilmunya untuk mengisi hati, telah mematri nama para pengajarnya dikedalaman rasa, sehingga saat ada perjumpaan antara ia dan gurunya, ada kerinduan yang tergambarkan, dan terefleksi itu dari memperlihatkan kehalusan budi pekertinya, dan sempat-sempatnya juga secara spontan, ia mengucapkan rasa terimakasihnya yang tak terhingga, pada guru (dosen) yang ia temui, sebagai ungkapan kegelisahan hatinya yang sampai ia ungkapkan, subhanallah.

Di sini penulis teringat tulisan dari seorang guru yang pernah penulis baca, dan tulisannya sempat viral, terkait pertemuannya dengan seorang muridnya yang cerdas pada jamannya si murid itu ia ajar, dan setelah menjadi seorang berhasil sebagai Dokter, adabnya saat bertemu sang guru sangat buruk, ia mengacuhkan si guru, berbeda malah dengan anak muridnya yang urakan pada jamannya ia pernah jadi murid, pada saat si guru ini kesulitan karena kendaraannya mogok, ia bertemu si mantan muridnya yang ternyata masih mengingatnya, dan guru ini di tolong oleh si mantan muridnya yang urakan kala masih sekolah dulu, dan ternyata, dalam hati mantan murid yang urakan ini, ada hati yang lebih mulia dari pada muridnya yang cerdas dan telah jadi dokter itu.

Itulah gambaran istimewanya membangun adab lebih dulu, ilmu di barengi adab, menjadikannya lebih sempurna.

Keberhasilan ilmu yang bermanfaat yang bisa kita dapatkan, akan indah jika dibarengi adab.

Dengan adab, dari mana sumber ilmu yang kita dapatkan,
akan selalu kita syukuri, perilaku dari murid yang baik, tidak akan pernah melupakan jasa para gurunya, dan atas wasilah mereka itulah, ia akan selalu mengenang jasa-jasa para gurunya.

Adab lebih tinggi dari ilmu ini juga, pernah di singgung oleh Syeh Abdul Qodir Al Jaelani dalam pernyataannya yang termasyhur, “Aku lebih menghargai orang yang beradab, dari pada orang yang berilmu, kalau hanya berilmu, iblispun lebih tinggi ilmunya dari pada manusia. ”

Adab dalam berilmu, menjadikan siapapun akan naik nilai derajatnya, ilmu mudah dicari, dan gampang dipelajari, namun adab adalah perilaku yang berkaitan dengan kebeningan hati, dan kecerdasan pikiran, sehingga ketika keduanya menjadi “klik,” menyatu, maka ia dikuatkan oleh para malaikat, dan ilmunya ada dalam naungan keberkahan, dan bermanfaat ilmunya.

Dan ilmu yang berkah, bermanfaat, menjadikannya mulia, mulia bukan karena ilmu yang banyak, namun mulia karena adabnya yang membumi, dan perilakunya yang menghormati orang lain.

Ilmu membuka kecerdasan, dan adab membuka kemuliaan, ketika adab di pakai untuk mencari ilmu, maka kecerdasannya menghantar pada kemuliaan, dan kemuliaan itu menghantar pada ridhoNya.

Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button