NUPedia

Ulama Sederhana yang Terlupakan, KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah Pabuaran

Salah satu kalimat Soekarno yang paling terkenal adalah ‘Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Jas Merah)’ yang disampaikan Soekarno dalam pidato terakhirnya dalam peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia, 17 Agustus 1966.

Ketika kita tidak memperhatikan sejarah, bagaimana kita akan menghargai dan mengetahui sejarah itu sendiri.

Agenda Rutin Tahunan, GP Ansor & Banser Kota Sukabumi Gelar Posko Mudik Lebaran.

Sekilas sejarah ulama Sukabumi yang begitu sederhana dan penuh dengan ketawaduan.

Beliau adalah KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah Pabuaran. Beliau anak pertama dari pasangan :

R H Muhammad Syahri bin Nasib yang berasal di Cipanas Cianjur dan Ibu Hj Siti Fatimah berasal di Gunung Puyuh . yang lahir pada tanggal 5 Februari 1917 di Gunung Puyuh Kota Sukabumi.

Pendidikan pertamanya di mulai dari sekolah Ahmadiyyah Juwaeniyyah di bawah asuhan KH R Ahmad Juwaeni bin Qodhi Husein,setelah lulus sekolah kemudian diterus mondok di Pesantren Gentur Cianjur di bawah asuhan KH Ahmad Satibi (mama Kaler),tak sampai disitu kemudian melanjutkan kembali rihlah ilmiyah nya ke Pesantren Ma’ariful Qur’an Pabuaran sukabumi di bawah asuhan KH R Abdullah bin Qodli Husein (adik dari KH R Ahmad Juwaeni).

Kehausan beliau terhadap ilmu tak menjadikannya terhenti begitu saja, kali ini pondok yang beliau singgahi adalah Pondok Pesantren Keresek Garut,dan Pondok Pesantren Sukaraja Garut di bawah asuhan KH Adzro’i, setelah dari Garut,kemudian beliau kembali lagi ke Pesantren Pabuaran.

Pada tahun 1939 beliau di nikahkan dengan putri asuh nya KH R Abdullah yang bernama Hj Zaenab Zakiyyah binti KH Ismail dan mempunyai anak 10.

PC Fatayat NU Kota Sukabumi Launching Majelis Ta’lim Fatayat, Mami Mustika : Semoga Menjadi Wadah Pengembangan Kader Fatayat.

Setelah KH Abdullah bin Qodhi Husein wafat, KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah lah yang menjadi penerus kepemimpinan Pesantren Ma’ariful Qur’an , dan mengajar di Pabuaran.

KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah bersama ulama Sukabumi aktif memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga pada tahun 1990 beliau mendapatkan Piagam penghargaan dan medali perjuangan angkatan 45.

KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah pernah menjabat sebagai kepala departemen agama Sukabumi dan menjadi Kepala Urusan Agama Jawa Barat.

Dalam berorganisasi beliau aktif di Nahdhatul ulama bersama kiai sukabumi lainnya.di antaranya : KH Abdullah Sanusi sukamantri Cisaat, KH Masturo Tipar Cisaat dll. Dalam arsip yang kami temukan, beliau pernah menjabat ketua Nahdlatul Ulama cabang kota Sukabumi pada tahun 1966.

KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah pada zaman nya menjadi tokoh sentral kota Sukabumi,tak sedikit para ulama dan Pejabat mendatangi nya untuk sekedar dimintai do’a.

Bahkan ketika Presiden Soekarno berkunjung ke Sukabumi pada tahun 1953, dan menunaikan Sholat Idul adha di Lapang Merdeka Sukabumi,KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah lah yang di percaya menjadi imam nya meskipun waktu itu usianya masih tergolong muda. Sifat tawadlu dan sederhana melekat pada diri nya,bahkan menurut penuturan santri nya,beliau belum pernah menceritakan kejadian tersebut.

*(bisa di lihat di foto, di belakang beliau adalah KH Ismail (mertua beliau) juga di samping bung karno,terlihat juga Qodhi Sukabumi sekaligus guru dari KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah sendiri yaitu KH Juwaini).

Beliau berjuang menyabarkan ajaran islam bersama kiai Sukabumi lainnya seperti :KH Mahmud Pabuaran,KH Haromain Cihingkik (teman sekamar waktu di keresek) , KH Abdullah Mahfudz Babakan tipar, KH Abdullah Khudri Cicurug.

KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah ialah ulama yang tekun dalam menulis, hampir setiap kitab nya terisi oleh Irtibath ataupun catatan kaki, tak sedikit juga beliau menukil kitab-kitab ulama terdahulu dalam sebuah lembaran kertas.

diantara karya beliau yang kami temukan berjudul ” Sayyidatuna Aisyah Wa Hadist al-Ifk”. Kitab ini berjumlah 9 halaman,dengan menggunakan aksara pegon bahasa sunda, yang di ambil dari kitab Umdah al-Qori Syarh Shohih al-Bukhori dan di terjemahkan kedalam bahasa Sunda.

dalam Mukoddimah tertulis

دي چرؤسكن دينا حديث بخاري دينا باب حديث الإفك كلوان فنجڠ ليبر دينا شرح نا كتاب صحيح البخاري پأيت عمدة القاري جزء الثامن، أي مه ترجمه بائي كلوان رڠكس

Di carioskeun dina hadist Bukhori dina bab hadist ifki kalawan panjang lebar dina Syarahna kitab Shohih Bukhori nyaeta Umdah al-Qori juz tsamin,ieu mah tarjamah bae kalawan ringkes//di ceritakan dalam hadist bukhori di bab hadist ifki dengan begitu panjang,dalam syarahnya Shohih Bukhori yaitu Umdah al-Qori juz delapan,ini hanya terjemah ringkasnya saja.

Kitab menjelaskan berita bohong(hoax) pada zaman Rosulullah SAW,yang terjadi setelah perang Muraisi’ atau perang Bani Musthaliq.

Berita bohong dan fitnah ini di sebarkan oleh Abdullah bin Ubay (pimpinan munafikin)terhadap istri Rasulullah yakni Sayyidatuna Aisyah binti Abu Bakar.

Kemudian fitnah ini di bantah dengan turun nya wahyu,dalam Surat Annur ayat 11.

Kitab ini selesai pada tanggal 5 Rabiul awal 1403 bertepatan 21 Desember 1982.

Pada usia hampir 90 tahun, tepatnya tanggal 24 Agustus 2005/19 rajab 1426, Kota Sukabumi pun di tinggal sosok ulama sepuh yang begitu Alim namun begitu tawadhu dan sederhana,dan di makamkan di pemakaman umum taman bahagia kota Sukabumi.

Penulis : Enden Ahmad Muhibuddin

Cikondang 5 Mei 2022

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button