NUPedia

Kitab Lub al-Lubāb wa Tuhfah al-Ahbāb wa al-Masā’il al-Sunniyyah fi Madzhab al-A’immah al-Syafi’iyyah

Kitab ini ditulis oleh ulama asal Yaman, yang pernah menetap dan medirikan madrasah di Sukabumi. Beliau adalah Sayyid Muhammad bin Mahmoud bin Abdullah bin Abdul Rabb bin Muhammad bin Zaid bin ‘Ali Al-Haddāl Al-Mahdali Al-Hamāti Al-Husseini Al-Rifādi Al-Yamanī Al-Azharī Al-Syāfi’ī.

Biografi Sayyid Muhammad Al-Haddāl ditemukan dalam kitab karyanya yang berjudul Manhaj al-Balāghah wa al-Tibyān wa al-Durr al-Maknūn fi al-Tsalātsah al-Funūn. Biografi itu ditulis oleh putranya sendiri, Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddāl.

Sayyid Muhammad lahir di Tserban, sebuah desa di wilayah Rafad, Yaman. Beliau tumbuh dalam asuhan ayahnya dan mempelajari Al-Qur’an dari al-Faqih al-‘Allāmah Atiq bin Shalih bin Nasir al-Asal al-Malhani. Kemudian, beliau mendalami berbagai disiplin ilmu di kediaman Imam ad-Dailami di bawah bimbingan Sayyid al-‘Allāmah Ali bin Ahmad ad-Dailami, dan dari Sayyid Qadli Qudlat (hakim agung di daerah Rafad) al-Hasan bin Mahdi ad-Dailami, serta dari Sayyid Muhammad bin Ahmad ad-Dailami. Beliau juga belajar kepada beberapa ulama, seperti: Sayyid al-‘Allāmah Muhammad bin Muhammad al-Kabsi asy-Syaba’i, Sayyid al-Hafidz Hamud bin Ahmad Sam al-Maruni al-Ansi, Syaikh al-Hafidz Muhammad bin Ahmad al-Haimi, dan dari Sayyid al-Muhaddits Ahmad bin Muhammad al-Ahdal al-Marwa’ī (yang terkenal dengan julukan al-Farīd), Sayyid al-‘Allāmah Husain bin Ali al-Ahdal, pemilik al-Muqaffa’, yang belajar dari Sayyid Ali Shumailah al-Ahdal dan Syaikh Shalih al-‘Azab al-Shunshalī al-Harazī.

Kemudian, Sayyid Muhammad melakukan perjalanan ke tanah Jawa dan belajar dari Sayyid al-‘Allāmah Utsman bin Abdullah bin Aqil, Mufti Batawi, serta dari Sayyid al-‘Allāmah Muhammad bin Hamid al-Saqqāf, dan Sayyid al-Shufi Abu Bakr bin Umar bin Yahya Surabaya, serta Sayyid al-Asad Abdullah bin Ali al-Haddad.

Selanjutnya, beliau melakukan perjalanan ke Madinah al-Munawwarah dan belajar dari Sayyid al-Hafidh, Mufti Mazhab Syafi’i, Ahmad al-Barzanjī, dan putranya Sayyid Zaki bin Ahmad al-Barzanjī, serta Sayyid al-Muhaddits Muhammad bin Ja’far al-Kattani, al-‘Allāmah Umar Hamdan al-Maghribi, Sayyid Abdul Bari Ridwan al-Madani, serta Syaikh Yasin bin Ahmad al-Khayyārī, seorang pengajar di Masjid Nabawi.

Kemudian, Sayyid Muhammad Al-Haddāl melakukan perjalanan ke Mekkah al-Mukarramah, lalu ke Mesir, dan belajar di al-Azhar asy-Syarif, serta mengambil ilmu dari para ulama besar, di antaranya adalah Syaikhul Islam saat itu, Syaikh Salim al-Bishri, Syaikh Muhammad Bakhit al-Muti’i (Mufti Negara Mesir saat itu), al-‘Allāmah Muhammad Hasanain al-‘Adawi (ahli ushul), Syaikh Syafi’i, Muhammad bin Salim al-Najdi al-Sharqawi, al-‘Allāmah Syaikh Abdul Mu’ti al-Syarsyimi, Syaikh al-Muhaqqiq Muhammad Abu ‘Alyan, al-‘Allāmah Mustafa bin ‘Atiyyah al-Laitsī, al-‘Allāmah Ibrahim al-Kilani, al-‘Allāmah Abdul Wahhab al-Khudari, dan al-‘Allāmah Yusuf al-Dajawī, al-‘Allāmah Muhammad al-Samlūthī, al-‘Allāmah Abdul ‘Azīm al-Ghamrāwī, al-‘Allāmah Muhammad al-Rukhāwī, al-‘Allāmah Yusuf al-Marshafī, al-‘Allāmah Mahmūd Khatāb al-Subkī, al-‘Allāmah Abu Bakr al-Husainī, al-‘Allāmah Basyūnī ‘Asal, al-‘Allāmah Muhammad al-Halabi, al-‘Allāmah al-Shiddīq Muhammad al-Thāhir al-Syarqāwī, al-Qārī Syaikh Husain al-Jalīsī, dan al-‘Allāmah Dusuqī al-‘Arabī.

Setelah beliau menyerap ilmu dari para pakar besar yang disebutkan tersebut, kemudian beliau mengajukan surat permohonan kepada Masyikhah al-Azhar al-Syarif pada masa Syaikhul Islam Syaikh Abu al-Faḍl al-Jīzāwī untuk membentuk komite ujian. Permohonannya pun dikabulkan, dan beliau berhasil meraih sertifikat resmi dari al-Azhar setelah mendapatkan persetujuan dari Syaikhul Islam di al-Azhar.

Sertifikat ini diberikan kepada Sayyid Muhammad bin Mahmud Al-Haddal al-Yamani setelah berhasil dalam ujian pada mata pelajaran: Fikih, Hadits, Tauhid, Sharaf, Ma’ani, Tafsir, Ushul (prinsip-prinsip agama), Bayan, Badi’ (keindahan retorika), Mantiq (logika), Musthalah (terminologi hadits), dan Tasawuf. Sertifikat yang beliau peroleh diterbitkan pada bulan Safar tahun 1339 H, serta dibrikan cap oleh Syaikh al-Jami’ al-Azhar dan Ketua Dewan Tertinggi al-Azhar.

Kemudian, setelah mendapat izin dari para gurunya, beliau menuju ke Mekkah al-Mukarramah, di Mekkah beliau sempat mengajar beberapa waktu.

Setelah menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan saudara-saudara dan sepupu-sepupunya dari Yaman, beliau kembali lagi ke Batavia.

Pada tahun 1340 H ( 1921-an M), Sayyid Muhammad Al-Haddāl mendirikan sebuah madrasah (sekolah) dan jam’iyyah (organisasi) di daerah Pintu Hek, Sukabumi. Madrasah tersebut lalu di buka pada tahun 1341, dan diberi nama, dengan nama “Dar al-‘Ulūm al-Azhariyyah al-‘Arabiyyah al-‘Ulyā” serta “Jam’iyyah al-‘Urwah al-Wutsqā”, dan Sayyid Muhammad sendiri yang menjadi direktur atau mudirnya. Madrasah yang didirikan Sayyid Muhammad ini tergolong pesat, pada saat itu tercatat memiliki sekitar seratus siswa yang berasal dari Kota Sukabumi.

Dalam mengembangankan sekolah, Sayyid Muhammad dibantu oleh putranya, yang pada saat itu usianya belum mencapai dua puluh tahun, beliau bernama Sayyid Syarif Alwi bin Muhammad bin Mahmud bin Abdullah Al-Haddal Al-Rifadi Al-Yamani. Sayyid Alwi ialah pemuda berbakat, cerdas dan shaleh, sehingga pada saat itu ayahnya memberikan tanggung jawab sebagai pimpinan madrasah.

Karya-karya Sayyid Muhammad bin Mahmud Al-Haddal antara lain :
– Manhaj al-Balāghah wa al-Tibyān wa al-Durr al-Maknūn fi al-Tsalātsah al-Funūn
– Simth al-Durār al-Lu’lu’iyyah fi al-Masā’il al-Tawhīdiyyah
– Lub al-Lubāb wa Tuhfah al-Ahbāb wa al-Masā’il al-Sunniyyah fi Madzhab al-A’immah al-Syafi’iyyah
– Al-Kawākib al-Bahiyyah wa Khulasoh al-‘Ulūm al-‘Arabiyyah
– Syams al-‘Ulum al-Muwassil ila Ma’rifat al-Mantūq minha wa al-Mafhūm
– Al-Ifādhah al-Qudsiyyah fi al-Maqūlāt al-Hukmiyyah
– Mi’rāj al-Wusūl ila ‘Ilm al-Usūl
– Al-Nūr al-Sāthi’ al-Wahhāj fi Qishshah al-Isrā’ wa al-Mi’rāj
– Jām’i‘ al-‘Ulūm al-Islamiyyah
– Jawāhir al-Qilādah fi Bayān Mūjībāt al-Sawdad wa al-Siyādah

Sedangkan kitab Lub al-Lubāb ini menguraikan fiqih dalam madzhab al-Syafi’i, dimulai Bab Thaharah dan diakhiri dengan Bab Sholat Sunnah. Kitab ini juga membahas dan memperkuat praktik-praktik tradisional yang dianut oleh Ahlussunnah wal Jama’ah, seperti; hukum talqin, mendo’akan dan membacakan Yasin bagi mayyit, ziarah qubur, menabur bunga, dan lain-lain.

Kitab Lub al-Lubāb dicetak pada bulan Jumadil Akhir 1354, di Percetakan al-Yamaniyyah yang berada di Madrasah Dar al-‘Ulum al-Azhariyyah al-‘Arabiyyah al-‘Ulyā, Pintu Hek, Sukabumi, Indonesia, yang dibangun pada tahun 1351 H.

Enden Ahmad Muhibuddin
Cikondang, 19 Agustus 2024

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button